Terkait Penangkapan Teroris-Kabarnya mereka baru ngontrak 4 bulan Di Cigondewah Bandung





BANDUNG, KOMPAS.com — Empat orang terduga teroris yang terlibat baku tembak dengan pasukan Detasemen Khusus atau Densus 88 di di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, diduga terkait jaringan teroris Mampang dan Pamulang. 

Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala Polri Komjen Nanan Sukarna, di Mapolda Jawa Barat, di Bandung, Rabu (8/5/2013).

"Kabarnya mereka baru mengontrak empat bulan. Diduga jaringan yang kemarin ditangkap di Jakarta," kata Nanan.

Sampai berita ini diturunkan, baku tembak masih berlangsung. Belum ada keterangan resmi mengenai penggerebekan tersebut.

Kepala bidang Humas Polda Jabar Kombes Martinus Sitompul hanya mengatakan, baku tembak terjadi karena ada balasan saat penggerebekan berlangsung.

"Kejadian sekitar pukul 11.30 WIB," kata Martinus.

Myanmar

Sebelumnya, Densus 88 membekuk dua terduga teroris yang tinggal di Jalan Bangka, Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (2/5/2013) malam, dan istri salah satu pelaku. Kedua pelaku diduga akan meledakkan Kedubes Myanmar sebagai aksi solidaritas terhadap minoritas Muslim Rohingya yang mendapat tekanan di negara tersebut.

Dari kedua terduga teroris itu, Densus 88 menyita lima bom rakitan siap ledak. Sementara itu, dari rumah kontrakan di Jalan Bangka, polisi menyita sejumlah bahan peledak dan catatan cara merakit bom.

Selain itu, polisi juga telah menangkap empat anggota keluarga terduga teroris Sigit yang mengontrak rumah di Pamulang, Tangerang Selatan. Keempatnya adalah ibu Sigit berinisial S (44), istrinya N (21), adiknya N (18), dan adik ipar Sigit berinisial A (14).

Sigit sendiri hingga saat ini masih dalam pencarian. Densus 88 Antiteror Polri tak mendapati Sigit saat penggerebekan di rumah kontrakannya, Jalan Kenanga 4 Nomor 61, RT 5 RW 3, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang Kota, Tangerang Selatan, Jumat (3/5/2013) dini hari.

Dari kontrakan itu, polisi menyita buku-buku, telepon seluler, dan kamera. Sigit diduga telah dipersiapkan sebagai calon pengantin atau eksekutor bom bunuh diri untuk meledakkan gedung Kedutaan Besar Myanmar, Jakarta Pusat.

Istri salah satu terduga teroris, Sefa, dan empat anggota keluarga Sigit akhirnya dipulangkan setelah terbukti tidak terlibat.

Wakapolri Komjen Pol Nanan Sukarna mengatakan, empat terduga teroris yang digerebek Densus 88 Polri di Kampung Batu Rengat, RT 02/08, Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, baru saja mengontrak rumah selama 4 bulan.

"Kabarnya mereka baru ngontrak 4 bulan di tempat itu," kata Nanan di Mapolda Jabar, Rabu(8/5/2013).

Baku tembak terjadi antara Densus 88 dan orang yang diduga teroris di kontrakan milik Anda di Kampung Batu Rengat RT 02/08 Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Rabu (8/5/2013), sekitar pukul 11.00 WIB.

Diduga ada empat orang di dalam rumah yang digerebek Densus 88 tersebut.
Sumber : Kompas

Download Update Aplikasi GPP Satker versi 1 Mei 2013




Yang ditunggu-tunggu telah hadir: Update Aplikasi GPP Satker versi 1 Mei 2013 yang berhubungan dengan: 
Update Gaji Pokok Baru Tahun 2013 PNS dan Polri
Perbaikan Pembuatan Kekurangan Gaji Hakim


Dengan telah dikeluarkannya Peraturan Presiden yang baru NO 22 Tahun 2013 tentang Perubahan ke lima belas atas PP No 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS maka aplikasi ini telah proses update referensi gaji pokok baru 2013.


Silakan Unduh via Mediafire di bawah ini:




BACKUP APLIKASI DAN DATABASE SEBELUM UPDATE

Sebelum melakukan update Aplikasi lebih baik anda melakukan backup Aplikasi dan database terlebih dahulu, jaga-jaga jika proses update mengalami kegagalan :


Copy folder C:\AplGajiSatker ke dalam flashdisk/hardisk external
Copy folder MyGPP ke dalam flashdisk/hardisk external dengan terlebih dahulu mematikan service dengan mengklik kanan mouse file mysql_uninstall.bat lalu pilih Run As Administrator.
Selanjutnya hidupkan lagi service MyGPP dengan jalan mengklik kanan mouse file mysql_install.bat lalu pilih Run As Administrator. 

CARA UPDATENYA SAMA SEPERTI SEBELUMNYA, ATAU SILAKAN BACA/UNDUH SEMUA INFORMASI TENTANG TATA CARA UPDATE DAN PENJELASAN SELENGKAPNYA.

PENTING !!!!
BAGAIMANA APLIKASI GPP TANGGAL 01 MEI 2013 AGAR BISA DIGUNAKAN???

Dengan telah dikeluarkannya Peraturan Presiden yang baru NO 22 Tahun 2013 tentang Perubahan ke lima belas atas PP No 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS maka aplikasi ini telah proses update referensi gaji pokok baru 2013. 

Gaji pokok yang baru ini belum bisa digunakan sebelum direkam PP tersebut ke dalam perekaman perubahan masing-masing pegawai, oleh sebab itu di dalam update aplikasi tanggal 1 Mei ini dibuat satu menu baru untuk merekam PP tersebut ke seluruh perekaman Perubahan pegawai.

CARANYA: 
1
Masuk ke dalam menu Pegawai > Perekaman SK Gaji Pokok 



2
Maka akan tampil form perekaman SK Gaji pokok untuk seluruh pegawai, jadi hanya merekam 1 SK maka SK yang terdefault untuk seluruh pegawai akan terisi secara otomatis. Isikan :

· Tanggal SK : tanggal PP No 22 Tahun 2013 yaitu tanggal 11 April 2013
· No : PP No. 22 Tahun 2013
· SK Dari : Presiden
· TMT : 1 Januari 2013
· Klik tomnol Proses



3. Tunggu beberapa saat, sampai keluar seperti Picture di bawah ini:





Maka di menu perekaman perubahan untuk seluruh pegawai maka muncul SK baru, dengan nomor agenda baru dan terdefault otomatis.





MELENGKAPI PEREKAMAN KONFIGURASI SATKER



Dalam rangka memenuhi data kebutuhan SPAN maka aplikasi SPM ketika menerima ADK *.rkp dari aplikasi GPP sempat tervalidasi pengisian email,propinsi dsb. Oleh sebab itu pada update kali ini satker harus melengkapi perekaman tersebut di menu Setting > Konfigurasi.



Lengkapi isian Propinsi, email dan nomor telepon Kantor lalu klik tombol OK






PEMBUATAN KEKURANGAN GAJI SAMA UNTUK GAJI POKOK TAHUN 2013


Pembuatan kekurangan gaji pokok untuk seluruh pegawai dapat menggunakan tombol kekurangan sama
Sebelum membuat kekurangan gaji pokok, lakukan load master gaji induk bulan Januari s.d. Juni 2013
Buka menu kekurangan gaji
Pilih para pegawai yang hendak dibuat kekurangan gajinya. 
Klik tombol Kekurangan sama
Pilih jenis kekurangan gaji pokok 
Isi tahun 2013 
Klik tombol gaji baru pilih gaji Juni 
Isikan isian masa Januari s.d. Mei 2013, lalu klik tombol Simpan, maka proses kekurangan gaji akan terhitung seluruh nya. 







KHUSUS UNTUK SATKER POLRI


Satker polri yang menggunakan aplikasi GPP dan BPP saat ini masih banyak yang menggunakan database GPP (MyGPP) yang lama yaitu versi Nopember 2012. Database tersebut tidak lengkap karena masih menggunakan referensi beras lama dan gaji pokok lama. Oleh karena itu diharapkan untuk menggunakan database versi baru ini langkah-langkahnya adalah sbb :
Lakukan backup data pada aplikasi lama anda menggunakan menu Utilitas > Backup. Data yang terbackup adalah data PNS dan Polri menjadi 1 file backup
Download database MyGPP versi tanggal 1 Mei 2013 yang kosong dari FTP perbendaharaan atau Download di sini: MyGPP_1MEI2013_databaseKOSONG-KHUSUS POLRI.rar
Install database MyGPP versi tanggal 1 Mei 2013 dan gunakan aplikasi GPP versi tanggal 1 Mei 2013.
Lakukan restore data file backup tersebut menggunakan menu utilitas > restore, maka data PNS dan Polri akan terestore semuanya.
Copy file aplikasi BPP Polri ke dalam folder C:\aplGajisatker\. Sementara aplikasi BPP Polri tetap menggunakan yang lama sampai ada update yang baru.
Pada aplikasi bulan November 2012 isian kode beras terlanjur menggunakan referensi yang lama yaitu kode 07 dengan jumlah Rp. 59.000-, yang seharusnya adalah kode 08 dengan jumlah Rp. 67.500,- dan ini sudah terlanjur terekam untuk semua pegawai. Oleh sebab itu di dalam menu aplikasi GPP PNS terdapat menu utilitas > ubah kode beras Satker POLRI.
Jalankan menu ini dengan meng klik tombol proses. Maka semua data pegawai dan perubahan akan berubah kode berasnya menjadi 08, baik untuk PNS POLRI dan anggota POLRI, jadi tidak perlu mengubah satu per satu.

Free Download Iron Man 3 Subtitle Indonesia



Sponsor Web : Klik Disini


Sahabat Nawawi[dot]net, ini dia yang di tunggu-tunggu, film Iron Man 3.

Trailer :





Rating : 8.2

Genre : Action, Sci-Fi, Thriller
File Size : 500 MB mkv
Duration : 130 min
Stars : Robert Downey Jr., Gwyneth Paltrow, Guy Pearce
Subtitle : English, Indonesia

Synopsis :Iron Man 3. Marvel's "Iron Man 3" pits brash-but-brilliant industrialist Tony Stark/Iron Man against an enemy whose reach knows no bounds. When Stark finds his personal world destroyed at his enemy's hands, he embarks on a harrowing quest to find those responsible. This journey, at every turn, will test his mettle. With his back against the wall, Stark is left to survive by his own devices, relying on his ingenuity and instincts to protect those closest to him. As he fights his way back, Stark discovers the answer to the question that has secretly haunted him: does the man make the suit or does the suit make the man?


[Download]


Single Link via Sharebeast :
[Download]


Untuk Menggabungkan File menjadi 1, silahkan memakai Aplikasi HjSplit :

[Download]

Pembahasan Pelajaran Tauhid





MA’RIFAT 

Devinisi Ma’rifat 
Sebagai bentuk kewajiban pertama yang harus diketahui oleh seorang manusia adalah Ma’rifat yakni meyakini dengan seyakin yakinnya (tidak ada keraguan didalam hatinya) yang sesuai dengan kenyataan yang diambil dari dalil, baik dalil Naqli atau dalil Aqli. Ma’rifat atau mengenal Allah disini adalah dengan mempelajari sifat-sifat Allah baik wajib, mustahil, atau jaiz. Bukan mempelajari dzatNya, karena manusia tidak dapat menangkap dzatNya. 
Sedangkan Ma’rifat itu tidak dapat diperoleh tanpa mempelajari ilmu tauhid, yakni ilmu yang menyatakan bahwa Allah adalah Satu/Esa. Atau dapat didefinisikan Suatu ilmu yang dengan ilmu tersebut seseorang dapat mengetahui bahwa Allah adalah satu atau esa, atau ilmu yang Meng-Esakan Allah. 



Hukum Ma’rifat 


Hukum mengetahui seluruh aqidah dengan dalil Ijmali adalah Fardhu A’in.Sedangkan secara tafsil adalah Fardhu Kifayah. Seseorang dapat digolongkan sebagai orang yang mengimani secara Ijmali apabila tidak dapat menjelaskan dalil dan dalil tersebut tidak dapat menolak suatu kesubhatan. Sedangkan apabila orang tersebut betul-betul faham dan bisa menolak suatu kesubhatan dengan suatu dalil maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang mengimani secara Tafsil. 
Suatu kesubhatan bisa tertolak apabila seseorang bisa menjawab semua permasalahan yang dihadapkan, sedangkan apabila orang tersebut ragu-ragu dalam menjawab permasalahan yang dihadapkan maka orang tersebut masih tergolong Ijmali. 
Jadi, ukuran seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang mengimani secara Ijmali adalah 
- Ketika seseorang tidak faham tehadap dalilnya. 
- Ketika seseorang tidak dapat menolak kesubhatan dengan dalilnya. 
Dan begitu pula sebaliknya, ketika seseorang dapat memahami daliul dan menolak kesubhatan maka dapat dikatakan bahawa orang tersebut mengimani aqidah secara Tafsil. 



Metode Meyakini Adanya Allah 


Dalam mempelajari ilmu tauhid seseorang dapat meyakini adanya Allah dengan menggunakan dua cara atau metode yakni : 
1. Seseorang meyakini adanya Allah dengan memikirkan alam (ciptaanNya atau makhlukNya). Bahwasannya alam tidak akan wujud dengan sendirinya atau secara tiba-tiba, akan tetapi ada dzat yang menyebabkan wujudnya alam yakni Allah. Allah yang mewujudkan alam dari tidak ada menjadi ada, Dia adalah dzat yang mengatur,menjaga, menguasai dan menciptakan alam semesta ini. Metode pemahaman ini disebut dengan Tauhid Rububiyah. Yaitu keyakinan seseorang bahwa segala sesuatu pasti ada yang menciptakan yaitu Allah. 
2. seseorang yang meyakini adanya Allah dengan memikirkan keagungan sifat-sifatNya. Metode seperti ini disebut dengan Tauhid Uluhiyah. 



ISI PEMBAHASAN PELAJARAN TAUHID 


Pembahasan dalam ilmu tauhid dapat digolongkan menjadi 3 pokok kategori. Seperti yang dijelaskan di Tafsir Munir dalam menjelaskan kandungan dari Surat Al-Fatiha yakni : 
1. Ilahiyah 
Pembahasan tauhid yang mencakup sifat-sifat Allah, meliputi sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz. Hal ini ditunjukkan oleh ayat ke 2 dan ke 3. 



2. Nabawiyah 
Pembahasan tauhid yang mencakup permasalan Nabi dan Rasul, meliputu sifat wajib, mustahil dan jaiz. Hal ini ditunjukkan oleh ayat ke 7 dan ke 8. 



3. Darul Akhiroh atau Sam’iyat 
Pembahasan ilmu tauhid selain masalah Ilahiyah dan Nabawiyah, meliputi segala sesuatu yang didengar dari para nabi antara lain Hari kiamat dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Hal ini di tunjukkan oleh ayat ke 4. 




HUKUM DALAM ILMU TAUHID 


Dalam pembahasan ilmu tauhid hukum yang digunakan adalah hukum Aqli, yakni hukum yang bersumber dari akal pikiran manusia. Hukum Aqli terbagi menjadi 3 yakni : 
1. Wajib 
Yakni akal tidak bisa menerima tidak adanya sesuatu atau akal menerima adanya (sesuatu yang pasti ada) 
2. Mustahil 
Yakni akal tidak menerima adanya sesuatu atau akal menerima tidak adanya (sesuatu yang pasti tidak ada) 
3. Jaiz 
Yakni akal menerima adanya dan tidak adanya sesuatu (mengkin ada atau tidak) 
Dalam setiap hukum diatas dibagi menjadi dua yakni Dhoruri dan Nadzori. Ketika suatu hukum dapat diketahui dengan tanpa melalui penalaran akal maka termasuk Dhoruri, yakni suatu hukum yang timbul tanpa harus memikirkan. Begitu pula dengan sebaliknya. 
Misalkan, adanya sesuatu pasti membutuhkan pencipta karena tidak mungkin suatu benda wujud tanpa adanya yang mewujudkan, semua orang pasti mengetahui hal itu tanpa harus berfikir. Maka hukum membutuhkannya suatu benda pada yang menciptakan adalah wajib dhoruri. Adanya dua tuhan dalam dunia merupakan suatu yang mustahil karena banyak menimbulkan banyak sekali kemustahilan. Banyaknya kemustahilan yang muncul setelah diadakan pembahasan dengan pemikiran yang mendalam tentang kemungkinan adanya dua tuhan dalam dunia, maka hukum adanya dua tuhan adalah Mustahil Nadhori. 



SIFAT DAN HUKUMNYA 


Sifat adalah ssesuatu yang menempel pada dzat. Sedangkan hukum dari adanya suatu sifat pada dzat (dalam hal ini adalah Allah dan Rosul) itu ada tiga yakni Wajib, Mustahil dan Jaiz seperti yang telah kami uraikan diatas. 


SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI ALLAH 


Sifat adalah sesuatu yang menempel pada dzat, jadi sifat adalah sesuatu yang berlawanan. Sedangkan kata wajib menunjukkan bahwa sifat tersebut menurut akal harus ada pada dzatnya Allah. 
Sifat wajib bagi Allah itu sendiri terbagi menjadi empat yakni : 
1. Nasfiyah 
Yakni suatu sifat yang menunjukkan pada suatu Esensi (keadaan) dzat itu sendiri . sifat nafsiah hanya satu yaitu Wujud 
2. Salbiyah 
yakni suatu sifat yang menolak pad sesuatu (sifat) yang tidak patut pada dzatnya Allah. Sifat salbiyah mempunyai lima anggota yaitu Qidam, Baqo’, Mukholafatu li al-hawadisi, Qiyamuhu binafsihi, dan Wahdaniyah. Sebenarnya sesuatu yang tidak patut bagi Allah sangat banyak akan tetapi dengan ke-lima sifat tersebut sudah dapat mencukupi untak menjawab semua permasalahan yang ada. 
3. Ma’ani 
Yakni sifat yang wujud yang kelihatan atau yang terlihat jika hijab kita dibuka oleh Allah. Dari empat pembagian sifat hanya sifat ma’ani yang wujud, sedangkan yang lainnnya hanya hal atau keadaan dari dzat itu sendiri. Yang termasuk dalam golongan hal ini ada tujuh yaitu Qudrot, Irodat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashor Kalam. 
4. Ma’nawiyah 
Yakni sifat ayng melazimi sifat ma’ani. Akan tetapi kelaziman disini bukan merupakan ilat atau sebab, karena kelaziman seperti itu (ilat dan sebab) hanya berlaku pada sesuatu yang hadist 
WUJUD 
DzatNya Allah itu wujud (ada), Hukum wujudnya Allah adalah wajib yakni dzatnya Allah pasti wujud(memang ada)dan dzat yang wajib wujudnya tidak membutuhkan pencipta yang mewujudkannya. Sedangkan wujudnya makhluk adalah jaiz yakni boleh wujud atau tidak wujud, maka ketika mahkluk itu wujud maka pasti membutuhkan dzat yang mewujudkan dan yang menciptakannya. 
Dalil Aqli yang menunjukkan bahwa Allah wujud adalah wujudnya alam. Maksudnya alam beserta isinya mulai Ars sampai dasarnya bumi adalah sesuatu yang hadist yakni wujudnya didahului oleh tidak ada dan sesuatu yang hadist pasti butuh muhdist (pencipta) yang tidak membutuhkan pencipta. 
Perlu diketahui bahwa dalam masalah wujud terdapat tiga kategori yakni 
1. sesuatu yang wajib wujud (wajibu al-Wujud) 
yakni sesuatu yang harus wujud menurut akal, meliputi dzat dan sifatnya Allah. 
2. sesuatu yang mustahil wujud (Mustahilu al-Wujud) 
yakni sesuatu yang harus tidak wujud menurut akal, meliputi syarik (sekutu), anak dan perkara yang mustahil lainnya. 
3. sesuatu yang jaiz wujud (Jaizu al-Wujud) 
yakni sesuatu yang menurut akal boleh wujud dan tidak wujud, meliputi seleruh sesuatu yang hadits. 
Sedangkan dalil Naqli yang langsung menunjukan bahwa Allah adalah wujud tidak ada. Karena semua mahluk sudah mengakui adanya Allah. Adapun ayat-ayat yang menunujukkan wujudnya Allah Antara lain surat al-Ihlas.dalam ayat pertama dijelaskan bahwa allah adalah satu dengan mengabaikan sifat wujud, karena yang dimaksud dalam ayat diatas adalah wujudnya Allah adalah satu. Berbeda dengan tuhannya orang kafir pada waktu itu. Mereka mengakui adanyan tuhan akan tetapi tuhan mereka sangat banyak, oleh karena itu tujuan ayat ini menunjukkan kapada orang kafir bahwa tuahan (Allah) itu hanya satu. 
Kebalikan dari sifat tidak wujud adalah Adam yakni tidak wujud maka Adam hukumnya nmustahil. 



QIDAM 
Sifat ke-dua yang wajib bagi Allah adalah sifat Qidam. Artinya tidak ada awal bagi wujudnya Allah. Dan kebalikan dari sifat Qidam adalah sifat Hudust yang artinya baru atau wujudnya didahului oleh tidak ada. 
Dalil aqli : 
Jika Allah itu tidak Qidam maka hadits, karena tidak ada perantara (garis tengah) antara Qidam dan hadits maka suatu benda kalau tidak Qidam maka hadits begitu pula sebaliknya. Jika Allah itu hadist pasti membutuhkan muhdist karena setiap sesuatu yang hadist pasti membutuhkan muhdits. Dan hal yang seperti ini (membutuhkan muhdits) mustahil karena menyebabkan timbulnya kemustahilan yakni adanya Daur dan Tasalsul, dan ke-duanya mustahil bagi Allah.dan yang menyebabkan kemustahilan bagi Allah adalah Allah bersiafat Hudust mak wajib bagi allah bersifat Qidam. 
Dalil aqli diatas dapat diringkas menjadi: 
Jika allah tidak qidam mak hadits. Jika Allaih itu hadits maka membutuhkan muhdits. Jika Allah membutuhkan muhdits maka akan timbul salah satu dari dua kemustahilan yakni Daur dan Tasalsul keduanya timbul dikarenakan adnya allah bersifat huduts maka wajib bagi Allah secara Aqli mempunya sifat Qidam. 
Daur adalah ……………………………………………………………… 
Tasalsul adalah ………………………………………………………….. 
Mengapa jika Allah membutuhkan muhdist menyebabkan timbulnya Daur dan Tasalsul ? karena Allah sudah diakui dan diyakini sebagai tuhan yang menciptakan, maka ketika Allah membutuhkan muhdits (dzat yang menciptakan atau tuhan) muhdist itu juga membutuhkan muhdist yang lain sebagaimana Allah yang diakui sebagai muhdits membutuhkan muhdits. 
Mengapa Tasalsul dan Daur hukumnya mustahil ?, Karena keduanya mendatangkan kemustahilan, Sesuai dengan kaidah yang menyatakan bahawa segala sesuatu yang mendatangkan kemustahilan maka hukumnya mustahil. 
Apa kemustahilan dari Tasalsul?, Berantainya permasalahan dalam masalah pencitaan adalah sesuatu yang tidak mungkin karena didalamnya mengandung kemustahilan yakni sejatinya seorang tuhan belum diketahui karena adanya pemikiran bahwa tuhan-tuhan (dalam masalah tasalsul) itu masih membutuhkan muhdits sebagai penciptanya. Akan tetapi ketika tasalsul itu berhenti pada suatu subyek (dzat), maka dzat yang terakhir itulah yang dinamakan Tuhannya sebagai sebab terakhir. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh para Ulama’ dalam teori Sababul Al-Asbab. 
Sedangkan kemustahilan dari Daur adalah, setiap subyek dalam daur bersetatus ganda yakni sebagai pencipta dan juga sebagai makhluk yang diciptakan. Dan ada pula yang memberikan bentuk kemustahilan yang lain yakni Tahshilul Hasil ketika Daur itu kembali pada pencipta yang pertama atau dengan kata lain pencipta pertama juga sebagai makhluk terakhir 
Tahsilul hasil adalah menghasilkan sesuatu yang sudah hasil, baik mewujudkan sesuatu yang sudah wujud atau meniadakan sesuatu yang sudah tiada. 
Diagram Dalil ?………………… 
Definisi Daur dan Tasalsul : ………………. 
Dalil Naqli : ………………………………. 
Perlu diketahui bahwa sesuatu yang mempunyai awal pasti didahului tidak ada (Adam) walaupun wujudnya adalah yang pertama. Suatu contoh Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin adalah pondok yang pertama kali ada di daerah kedungcangkring, yang dibangaun sekitar tahun 1924M, dari pernyataan tersebut walaupun Pondok Pesantren tersebut pertama kali (awal) tetap didahului tidak ada atau tidak wujud (Adam) yakni sebelum tahun 1924 M. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang mempunyai awal pasti didahului tidak ada. 



BAQO’ 
Sifat ke-tiga yang wajib bagi Allah adalah sifat Baqo’. Artinya wujudnya Allah tidak ada akhirnya, kebalikan dari sifat ini adalah Fana’ yang berarti rusak, hancur atau Musnah. 
Dalil Aqli : 
Jika Allah tidak Baqo’ maka Allah adalah fana’, karena tidak ada sesuatu antaran Baqo’ dan fana’. Jadi suatu benda kalau tidak Baqo’ pasti fana’. Dan jika Allah fana’ maka wujudnya Allah adalah Jaiz (boleh wujud boleh tidak), karena setelah wujud kemudian Adam (tidak ada) menunjukkan bahwa dzat Allah tidak wajib wujudnya tidak Wajibul al-Wujud). Karena sesuatu yang Wajib wujudnya pasti wujudnya terus menerus. Jika wujudnya Allah adalah Jaiz maka Allah adalah hadits, karena sesuatu yang Jaiz wujudnya hanya dimiliki oleh sesuatu yang hadits. Hal ini sesuai dengan keterangan yang telah diterangkan dalam Bab Wujud. Jika Allah adalah hadits maka membutuhkan muhdits karena sesuatu yang hadist pasti butuh muhdits. Dan ketika Allah telah diyakini sebagai pencipta (muhdist), maka muhdits tersebut juga membutuhkan muhdits sebagaimana Allah membutuhkan muhdits. Jika hubungan antar muhdist ini terus-menerus dan tidak ada habisnya maka akan menimbulkan tasalsul, akan tetapi jika kembali pada pencipta yang pertama (Allah) maka akan menimbulkan Daur. Dan keduanya daur dan tasalsul itu hukumnya adalah mustahil. Dan penyebab kemustahilan adalah Allah mempunyai sifat Fana’, maka wajib bagi Allah (secara Aqli) mempunyai sifat Baqo’. 
Dalil ini dapat diringkas agar lebih muda untuk difaham dan dihafal yakni : 
Jika Allah tidak Qidam maka Allah adalah Fana’.jika Allah fana’ maka Allah adalah jaiz wujudnya. Jika Allah adalah dzat yang jaiz wujudnya, mak Allah adalah hadist. Jika allah hadist mak Allah membutuhkan muhdist, mak akan timbul salah satu dari dua kemustahilan yaitu Daur dan tasalsul. Dan penyebab hal itu (Daur dan Tasalsul )adalah Allah bersifat fana’ maka wajib bagi Allah secara Aqli bersifat Baqo’. 
Dalil Naqli : ……………………………. 
Skema dalil : ………………………………………… 



MASALATUN 
Bagaimana dengan wujudnya Surga dan Neraka yang Baqo’ atau kekal ?. Apakah berarti sama antara Baqo’nya dengan Allah ?, maka sebagai jawabnya adalah bahwa Surga dan Neraka untuk itu ada yang membaqo’kan yakni Allah atau Baqo’Lighoirihi, sedangkan Allah memang Baqo’ atau Baqo’ Lidzatihi. Penjelasan ini menunjukkan bahwa Baqo’nya Allah dengan Baqo’nya surga itu berbeda. 



MUKHOLAFATU LI-ALHAWADISI 
Sifat yang ke-empat yang wajib bagi Allah adalah sifat mukholafatu al- hawadisi artinya Allah berbeda dengan mahluknya, baik dalam dzat atau sifatnya. Oleh sebab itu Allah tidak mempunya mata, telinga, tangan dll, yang termasuk golongan sifat Hawadist (mahluk). Jadi sesuatu yang diangankan, dibayangkan atau yang masih berupa imajinasi, bagaimanapun, bagusnya, indah dan kesempurnaannya semuanya itu berbeda dengan apa yang ada dalam dzatnya Allah. Adapun kebalikan dari sifat ini adalah Mumatsalatu li al-Hawadisi, artinya adalah menyamai mahluk. 
Dan ketika seseorang berangan-angan bahwa dzatnya Allah itu besar sekali seperti gunung atau seberkas sinar yang sangat terang lebih terang dari mata hari, atau sesuatu yang sangat sempurna lainnya menurut manusia, maka yakinkanlah bahwa semua itu berbeda denga dzatnya Allah. Imam Nawawi memberikan solusi yang sangat baik dengan langsung menolak semua prasangka-prasangka tersebut dan meyakinkan bahwa Allah itu berbeda dengan hal itu. 
Dalil Aqli : 
Jika Allah menyamai Hawadist (segala sesuatu yang didahului oleh tidak ada) maka Allah disebut hadist karena perkara yang menyamai perkara yang lain dalam satu sisi atau bidang, maka menyamai perkara yang lain.jika Allah itu hadist maka akan membutuhkan muhdist, jika Allah membutuhkan muhhdist maka muhdist tesebut juga membutuhkan muhdist yang lain sebagai mana Allah membutuhkan muhdist, maka akan timbul salah satu dari dua kemustahialan yaitu Daur dan Tasalsul, dan sebab dari timbulnya kemustahilan tersebut adalah Allah tidak bersifat Mukholafatu li al-Hawadisi atau karena Allah bersifat Mumatsalastu li al-Hawadisi, maka wajib bagi Allah bersifat Mukholafatu li al-Hawadisi. 
Dalil Naqli : …………………………………. 
Skema dallil …………………………………… 



MASALATUN 
Jika Allah itu tidak sama dengan mahluk, akan tetapi mengapa Allah dalam Al-Qur’an menyebutkan sesuatu yang sama dengan mahluknya seperti “tangan Allah diatas tangan mahluk”. Apakah pertanyaan ini tidak menunjukkan bahwa Allah itu mempunyai tangan ? maka jawabnya, yang dimaksud dengan tangan dalam ayat diatas adalah tangan Allah yang sesuai dengan keagungan dan kesucian Allah, begitu pula dalam masalah mata dan Istiwa’. Keterangan yang menyatakan bahwa hal itu sesuai dengan keagungan dan kemahasucian Allah, menunjukkan bahwa masalah tangan, mata, dan istiwa’nya Allah tidak sama dengan tangan, mata dan istiwa’nya yang terjadi pada mahluk, sebagai kesimpulannya Allah masih berbeda dengan mahluknya walaupun Allah telah mensifati diriNYAdenga sesuatu yang secara lahiriah sama seperti mahluknya 
Yang perlu digaris bawahi adalah Seorang hamba tidak boleh menyandarkan sesuatu (yang membutuhkan ta’wil untuk memahaminya) kepada Allah selain apa yang disandarkan pada dirinya sendiri. 



AL-QIYAMU BI AL-NAFSI 
(ALLAH WUJUD KARENA DZATNYA SENDIRI) 
Sifat yang ke-lima yang wajib bagi Allah adalah Qiyamuhhu bi nafsi artinya Allah tidak membutuhkan Makhal (tempat untuk wujud) dan Mukhossis (pencipta). Adapun kebalikan dari sifat ini adalah Ihtiyaju Lighoirihi artinya Allah membutuhkan Mukhossis atau Makhal untuk wujud. 
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Allah itu Qiyamuhu Binafsihi adalah : 
Jika Allah itu membutuhkan Makhal untuk wujud maka Allah adalah sifat (karena segala sesuatu yang membutukhkan tempat proses wujud adalah sifat), dan hal itu mustahil karena Allah adalah dzat yang disifati, dan sifat, ketika Allah diannggap sifat tidak dapat disifati oleh sifat Ma’ani. Dan kemustahialn itu disebabkan karena Allah membutuhkan tempat, maka wajib bagi Allah untuk tidak membutuhkan tempat dalam masalah kewujudanNya atau Istighnau Anil Mahal. 
Jika Allah itu membutuhkan Mukhossis, maka Allah adalah hadist. Karena segala sesuatu yang diciptakan oleh mukhossis adalah hadist. Karena segala sesustu yang didahului oleh tidak wujud sebelum ia diciptakan. Jika Allah hadist dikarenakan membutuhkan mukhossis atau muhdist maka mukhossis tersebut membutuhkan muhdist seperti halnya Allah membutuhkan muhdist maka timbul salah satu dari dua mustahilan yakni Daur dan Tasalsul. Penyebab kemuhstahilan itu adalah Allah membutuhkan mukhossis, maka wajib bagi Allah untuk tidak membutuhkan mukhossis atau Istignau Anil Mukhossis. 
Perlu diketahui dalam pembahasan masalah sifat Qiyamuhu Binafsihi terdapat istilah yang merangkum semua pembahasan sifat ini yakni Ghoniyul mutlaq dalam artian Allah tidak membutuhkan mahluk akan tetapi mahluk membutuhkan Allah 
Dalil Naqli :………………………………………… 
Skema Dalil :……………………………………….. 



WAHDANIYAH 


Sifat ke-enam yang wajib bagi Allah adalah sifat wahdaniyah. Artinya Allah adalah satu dalam dzat, sifat, af’al (pekerjaan). Kebalikan dari sifat ini adalah Ta’addud, artinya berbilangnya jumlah tuhan, maksudnya jika Allah tidak satu dalam hal dzat, sifat dan af’alnya maka menimbulkan tuhan lain selain Allah dan hal tersebut mustahil. 
Maksudnya Allah satu dalam dzat adalah tidak ada dzat yang lain yang menyamai dzat Allah yang kemudian diistilahkan dengan Kam Munfashil Fi Al-dzat dan tidal pula dzatnya Allah itu tersususn dari beberapa bagian atau juz, seperti halnya tersusunnya makhluk dari bagaian-bagaiannya misal mata, tangan, dll. Hal tersebut lebih dikenal dengan istilah Kam Muttashil Fi Al-Dazt. 
Maksudnya Allah satu dalam sifat adalah bahwa tidak ada satupun dzat lain yang menyamai sifat seperti sifat Allah yang lebih dikenal dengan Kam Munfashil Fi Al-Sifat, dan tidak pula sifatnya Allah berbilang dalam satu jenis seperti dua sifat Qudrat dan lain-lain yang lebih diukenal dengan Kam Muttashil Fi Al-Sifat. 
Maksudnya Allah satu dalam af’al ialah bahwasannya tidak ada satupun dzat lain yang mempunyai pekerjaan seperti halnya pekerjaannya Allah, yang lebih dikenal dengan Kam munfasshil fi al-af’al. sedangkan Kam muttashil fi alaf’al oleh pengarang Tijan dinisbatkan (ditetapkan) sebagai tujuan dari Wahdaniyah fi-Af’al dengan arti “segala pekerjaan adalah milik Allah”.akan tetapi jika Kam muttashil bermakna adanya syarik bagi Allah oleh pengarang Tijan dinafikan. Dan tujuan dari wahdaniyah fi-af’al tetap yakni semua pekerjaan adalah milik Allah. 
Jadi adanya sifat Wahdaniyah bagi Allah adalah menafikan (meniadakan) beberapa kam yang jumlahnya ada lima dan lebih dikenal dengan kumumul khomsi yakni 
1. kam munfashil fi al-dzat yang artinya ada dzat lain yang menyamai dzatnya Allah. hal ini di nafihkan karena segala sesuatu yang menyamai suatu perkara yang sama tersebut, maka sesuatu tersebut adalah tuhan sebagaiman Allah hal ini sesuai dengan penjelasan pada sifat Mukholafatu Li al-Hawadisi jika tidak dinafikan maka akan timbul kemustakhilan berupa 
2. Kam Muttasil Fi al-dzat yang artinya dzatnya Allah tersusun dari bagian-bagian atau juz. Hal ini di nafikan karena jika Dzatnya Allah tersusun dari bagian-bagian seperti tersusunnya kepala,tangan kaki,dll,maka Allah adalah mahluk karen setelah menyamai mahluk. Sesuai penjelasan pada sifat Mukholafatu Li al-Hawadisi.jika tidak dinafikan maka Allah sama dengan mahluk 
3. Kam Munfasil Fi al-sifat yang artinya ada dzat lain yang mempunyai sifat seperti sifat yang dimiliki oleh Allah. kam ini di nafikan karena sesuatu yang menyamai Allah dalam sifatnya yang qodim maka sesuatu tersebut juga dikatakan qodim dan sebagai tuhan sebagaimana Allah adalah qodim dan tuhan pencipta alam semesta.penjelasan ini sesuai dengan yang ada dalam sifat Mukholafatu Li al-Hawadisi. 
4. Kam Muttasil fi al-sifat yang artinya sifat Allah berbilang dalam satu jenis sifat,misal dua qudrot,tiga ilmu,dll.kam ini dinafikan karena jika sifat-sifat Allah berbilang tidak tunggal maka akan menyamai mahluk, karena sifat-sifatnya mahluk selalu berganda.sama dengan mahluk. 
Misal : mike tyson mampu mengangkat barbel seberat 100KG, ia juga mampu mengangkat beras dengan berat 50KG,dan ia juga mampu mengangkat batu seberat 1 KG.semuanya dapat di angkat oleh mike tyson, berarti ia kuasa atau qudrot dalam mengangkat benda-benda tersebut. pertanyaannya, apakah sama kemampuan (tenaga atau kalori) yang di gunakan, maka jawabnya pasti berbeda, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan (sifat qudrot) pada mahluk bertingkat atau berbilang. 
Contoh lain : Dengan sifat ilmunya yang tunggal Allah mengetahui segala sesuatu, baik di bumi atau di langit, wujud atau tidak, besar atau kecil semuanya di ketahui oleh Allah. Sedangkan manusia dalam mengetahui sesuatu pasti bertingkat,ada biologi,fisika,kimia,TI,dll,dan semua cabang ilmu itu mempunyai bidang tersendiri sehingga orang yang ahli dalam ilmu biologi belum tentu bisa ilmu astronomi.hal ini menunjukkan bahwa dalam mengetahui sesuatu manusia harus belajar bermacam-macam disiplin ilmu. 
Jadi dalam melakukan segala sesuatu Allah mengguanakan satu sifat,misal Allah mewujudkan perkara yang besar seperti gunung dan perkara yang kecil seperti semut dengan satu sifat qudrotnya Allah. dan Allah mengetahui gunung dan semut tersebut dengan satu sifat ilmunya Allah. 
5. Kam Munfasil fil afal yang artinya ada dzat lain yang menyamai pekerjaannya Allah dalam hal memberikan dampak, karena hanya Allah yang mamberikan dampak dalam segala pekerjaan. Jika ada dzat lain yang mampu untuk mewujudkan dan meniadakan, maka dzat itu adalah tuhan seperti halnya Allah. Dalam permasalahan af”alnya hambah atau mahluk para ulama” memberikan kriteria dalam membedakan af”alnya Allah yakni : KASB AL-IKHTIYARI artinya hambah hanya melakukannya dengan pertimbangan pemikirannya tanpa ada dampak sama sekali karena yang memberikan dampak adalah Allah, karena Allha yang menciptakan hamba beserta af”alnya.jadi pekerjaan hamba tidak berdampak sama sekali, berbeda dengan af”alnya Allah yang merupakan bentuk ijad dan I’dam (menjadikan dan meniadakan ) yang pasti berdampak Kam Muttasil fil afal. Tidak di nafikan karena semua pekerjaan itu dari Allah SWT. 
Semua Kam di atas dinafikan karena menimbulkan kemustakhilan. Adapun kemustakhilan yang terdapat dalam kam munfasil baik dzat,sifat, atau af”al adalah adanya tuhan lain selain Allah atau TA’ADDUDU AL ILAHI yakni berbilangnya pencipta atau tuhan.sedangkan kemustahilan dari kam muttasil adalah Allah menyerupai mahluk lain sehingga Allah adalah hadis seperti halnya mahluk. 
Dalam penjelasan di atas telah di sebutkan bentuk kemustahilan dari kam munfasil yakni ta’adudu al-ilahi,seperti yang telah di jelaskan dalam kitab-kitab tauhid, sedangkan yang ada dalam kam muttasil kami lebih mengarahkan pada Tasyabbuh atau mumatsalah lighoirihi,tidak seperti maklumnya kitab-kitab tauhid dalam menjelaskannya dengan konsep Ta’addudu al-ilahi. Hal ini kami lakukan dengan pertimbangan sangat sulitnya materi dan kemampuan anak didik yang masih berumur dua tahun mondok atau kelas dua mungkin konsep Ta’addudul Al-ilahi dalam kam muttasil akan kami jelaskan dalam buku STANDART KELAS TIGA dengan acuan kitab fatkhul majid,insya Allah. 
Dalil Aqli : 
Jika di bumi langit dan seisinya terdapat dua tuhan atau lebih maka tidak akan wujud yang namanya alam, akan tetapi tidak wujudnya alam adalah sesuatu yang mustakhil karena secara kenyataan atau kasat mata alam sudah wujud. karena tuhan-tuhan tersebut pasti bertengkar, satu sisi menciptakan dan yang lain meniadakan maka tidak akan wujud alam semesta. Seperti inilah yang dinyatakan oleh al-ghozali dalam menjelaskan ayat………………..karena tidaklah mungkin dua tuhan mempunyai kekuasaan sempurna bersepakat dalam melakukan suatu pekerjaan. 
Dalil Naqli : …………………………. 
Skema dalil : …………………………. 
Para ulama’ menjelaskan kemustakhilan dari Ta’addudul ilahi dengan menjelaskan kemustakhilan konskwensi dari adanya dua tuhan yakni : 



a.Mewujudkan satu benda misal bumi secara bersamaan,hal ini mustakhil karena dua tuhan yang masing-masing mempunyai dampak dan akibat bersatu, sedangkan dampak atau akibat yang di hasilkan adalah satu
b.Mewujudkan satu benda secara berurutan, maksudnya tuhan pertama muwujudkan sesuatu misal bumi kemudian tuhan ke-dua mewujudkan bumi sama seperti yang di wujudkan oleh tuhan yang pertama akan tetapi hasilnya tetap satu,maka hal ini mustahil karena tuhan yang kedua tidak dapat memberikan dampak atau akibat atau yang lebih di kenal dengan Tashilu al hasil.Yakni menghasilkan perkara yang sudah hasil atau mewujudkan perkara yang sudah wujud. 
c.Bersekutu dalam menjadikan satu benda, maksudnya dua tuhan tersebut bersepakat untuk membuat sebagian-sebagian misal masing-masing tuhan membuat 50%.Hal ini mustahil karena setiap tuhan tidak mampu (ajzun) untuk menjadikan secara mandiri secara utuh dengan qudrot yang di miliki. 
Bagaimana jika di di pertanyakan “tuhan yang satu mengalah dengan memberi kesempatan pada tuhan yang lain untuk menjadikan sesuatu ? maka jawabnya adalah tidaklah mungkin seorang tuhan yang memiliki sifat qudrat,qohhar,dan kibriya’ mengalah dengan yang lain. 
2. Berbeda pendapat atau berseberangan yakni ketika dua tuhan atau lebih tersebut berbeda pendapat dalam mewujudkan dan meniadakan sesuatu maka kemustahilan yang terjadi antara lain : 
a.Terealisasinya (terlaksananya) dua keinginan yang berlawanan (mewujudkan dan meniadakan) secara bersamaan,hal ini mustakhil karena tidak mungkin dua perkara yang berlawanan berkumpul menjadi satu. 
b.Tidak terealisasinya (terlaksananya) dua keinginan yang berlawanan,karena hal ini menunjukkan bahwa keduanya adalah lemah (Ajzun). Kelemahan itu adalah “mempunyai keinginan akan tetapi tidak dapat melaksanakannya” 
c.Terealisasinya salah satu dari dua keinginan yang berlawanan,hal ini mustahil karena menetapkan salah satu dari ke-duanya mempunyai sifat Ajzun,sedangkan telah disepakati bahwa keduanya adalah sama dalam masalah ketuhanan. 
Dan masih banyak kemustahilan yang mungkin timbul sebab adanya dua tuhan antara lain : 
4. Mewujudkan sendiri-sendiri dengan hasil lebih dari satu, kemungkinan iniu adalah salah satu cabang dari mufakat,yakni antara tuhan satu dengan yang lainnya tidak berbeda pendapat dalam masalah mewujudkan,akan tetapi ciptaan yang dihasilkan lebih dari satu.Ada beberapa bentuk dari pembagian yang nomor tiga ini antara lain : 
a. Setiap tuhan menjadikan perkara yang sama, hal ini tidak mungkin karena seorang tuhan harus menguasai segala-galanya. Sedangkan kenyataan terdapat dua tuhan yang membuat perkara yang sama, maka tuhan yang satu tidak bisa menguasai tuhan yang lain, begitu pula sebaliknya.Tidak dapat menguasai berarti Ajzun atau kekuasaan itu terbatas. 
b. Setiap tuhan menjadikan perkara yang berbeda,hal ini juga mustahil karena tuhan yang satu tidak dapat membuat apa yang di buat oleh tuhan yang lain, begitu pula sebaliknya. Hal ini mununjukkan bahwa setiap tuhan tidak mampu (Ajzun) menjadikan apa yang dijadikan tuhan lain. 
SEBAB DAN CARA MENGI’TIKADKAN 



Dalam kehidupan manusia tidak lepas yang namanya hukum sebab-akibat, sehingga dalam ilmu tauhid di porsikan dalam pembahasan tersendiri dengan menunjukkan I’tikad atau cara I’tikad yang benar. I’tikad orang yang berbeda-beda. Oleh sebab itu Ulama’ memilah milah akaibat hukum yang di timbulkan perbedaan I’tikad yang ada. Hukum yang ditimbulkan oleh I’tikad itu antara lain : 
1. Kafir 
Yakni orang yang menyakinkan bahwa sebab yang berlaku dapat memberikan dampak, seperti pisau dapat memotong,makan dapat kenyang, minum menyebabkan segar,dll. I’tikad dihukumi kafir karena akibat itu murni dari sebab tanpa ada sangkut paut dengan Allah. 
2. Fasiq Mubdi’ 
Yakni orang yang menyakinkan bahwa akibat ditimbulkan oleh sesuatu yang oleh Allah di beri kekuasaan oleh Allah dalam memberikan dampak. Maksudnya Allah memberikan kekuatan untuk memotong dalam pisau, maka dampak memotong disandarkan kepada pisau yang telah di beri oleh Allah kekuatan untuk memotong. Orang seperti ini tidak di golongkan pada kafir karena masih mengakui adanya Allah. Pendapat lain mengatakan kufur akan tetapi Qoul Ashoh menyatakan bahwa orang tersebut tidak kafir akan tetapi Fasiq Mubdi’. 
Digolongkan pula dalam I’tikad model seperti ini yakni I’tikadnya orang Mu’tazilah yang mengatakan bahwa hamba (mahluk) menciptakan pekerjaannya dengan suatu kekuatan yang di jadikan oleh Allah kepadanya.Menurut Qoul Ashoh Kaum Mu’tazilah ini tidak di golongkan pada kafir karena masih mengakui adanya Allah. 
3. Jahl 
Yakni orang yang mengi’tikadkan bahwa sebab dari akibat-akibat itu adalah dari Allah. Akan tetapi antara sebab dan akibat tidak dapat dipisahkan ataupun diakhirkan. Orang ini bebas dari kriteria kufur karena menyandarkan sebab atau mu’tsir kepada Allah. 
4. Mu’min al-Najin (selamat) 
Yakni seseorang yang mengi’tikadkan bahwa semua sebab itu datang dari Allah, dan ia juga mengi’tikadkan bahwa antara sebab dan akibat ada kelaziman yang dapat diakhirkan atau dipisah sesuai dengan kehendak Allah. 
Sebagai pengingat bahwa sifat salbiah tidaklah wujud karena sifat ini adalah keadaan (Hal : Sesuatu yang wujud antara wujud dan adam) yang menunjukkan bahwa Allah berbeda dengan makhluk. 



QUDROT(MAHA KUASA) 


Dalam mempelajari sifat ma’ani (Qudrot, Irodat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashor, dan Kalam) terdapat tujuh pokok yang harus dijelaskan,yang lebih dikenal dengan Sab’atu al-Mutholib. Dengan menjelaskan tujuh pokok ini semua aspek pembahasan setiap sifat Ma’ani akan tercakup.Berikut akan di jelaskan tujuh perkara tersebut : 
1. Maujudatun,yakni sifat Ma’ani itu wujud.Dan setiap perkara yang wujud itu dapat dilihat atau didengar,oleh sebab itu pengertian dari sifat Ma’ani adalah sifat yang wujud yang dapat didengar atau dilihat jika hijab kita di buka. 
2. Qodimatun,yakni wujudnya sifat Ma’ani tidak ada awalnya karena sesuatu yang mempunyai awal pasti hadis. 
3. Baqin,yakni wujudnya sifat Ma’ani tidak ada akhirnya karena sesuatu yang ada akhirnya pasti wujudnya jaiz dan setiap perkara yang wujudnya jaiz itu tidak Qodim dan sesuatu yang tidak Qodim pasti hadits. 
4. Mukholafatu li Ghoirihi, sifat Ma’aninya Allah berbeda dengan sifat Ma’aninya makhluk, misal Qudrot berarti berbeda dengan Qudrotnya makhluk. 
5. Istignau anil Mukhossis,yakni wujudnya sifat Ma’ani tidak membutuhkan Mukhossis.Oleh sebab itu sifatnya Allah itu Qoimatun Bidzatihi yang berarti sifat Ma’aninya Allah tidak akan lepas dari dzat-Nya. Berbeda dengan sifatnya makhluk karena sifatnya bisa lepas,misal mata ketika terkena paku maka tidak dapat melihat,hal ini menunjukkan bahwa sifat Bashornya atau melihat telah lepas. 
6. Wahidatun,yakni wujudnya sifat Ma’aninya Allah itu satu atau tidak berbilang dalam satu jenis sifat, hal ini telah dijelaskan dalam Wahdaniyah fi al-Sifat. 
7. Ta’alluq (hubungan),yakni setiap sifat ma’ani pasti membutuhkan Amrun Zaid atau berta’alluq kecuali sifat hayat yang tidak membutuhkan Amrun Zaid atau tidak berta’alluq. 
Sifat ke-tujuh yang wajib bagi Allah adalah sifat Qudrot, yaitu sifat yang Wujud yang Qodim yang Qodimatun Bidzatihi yang dengan sifat tersebut Allah menjadikan dan meniadakan makhluk.Kebalikan dari sifat ini adalah Ajzun yanhg artinya Allah adalah lemah,tidak mampu, tidak kuasa, dll. 
Sifat Qudrot hanya berta’alluq pada mumkinat atau jaizat (boleh ada atau tidak) sebagai obyek, yakni sesuatu yang wujud dan adam itu sama. Nama Ta’allluq dari sifat Qudrot berdasarkan obyek atau (mumkinat) adalah Ijad (manjadikan) dan I’dam (meniadakan), sedangkan nama ta’alluq ada tiga yang bercabang menjadi tujuh yakni : 
1. Suluhi al-Qodim, 
Hanya satu yakni kepatutan Allah untuk menjadikan sesuatu pada zaman azali.Istilah kepatutan bukan berarti Allah tidak mampu, akan tetapi pada zaman azali itu Allah tidak berkehendak untuk menjadikan makhluk. 
2. Tanjizi al-Hadits, 
Mewujudkan dan meniadakan pada waktunya sesuai dengan Irodat dan Ilmunya Allah. Terdapat tiga ta’alluq yakni : 
a. Mewujudkan makhluk dari tidak ada pada waktu wujudnya 
b. Meniadakan makhluk setelah wujudnya, pada waktu adamnya. 
c. Mewujudkan kembali setelah kematiannya pada waktu hari Ba’ats 
3. Qobdiyah, 
Diman makhluk berada dalam genggaman atau kekuasaan Allah.Terdapat tiga ta’alluq yakni : 
a. Menetapkan Adamnya atau tidak adanya makhluk pada waktu mungkin wujudnya, sebelum wujudnya. 
b. Menetapkan wujudnya makhluk setelah adam. 
c. Menetapkan adamnya setelah wujud. 
Dalil Aqli : 
Jika Allah tidak Qudrot,maka Allah Ajzun (lemah) jika Allah Ajzun maka tidak wujud seluruh alam semesta, akan tetapi kenyataannya alam telah wujud. Maka wajib bagi Allah (secara Aqli) mempunyai sifat Qudrot. 
Dalil Naqli : 



IRODAT (MAHA BERKEHENDAK) 


Sifat ke-delapan yang wajib bagi Allah adalah sifat Irodat yakni sifat yang wujud yang Qodim yang Qoimatun Bidzatihi yang dengan sifat ini Allah menTahsis (menentukan) salah satu dari dua perkar yang ada pada mumkinat. Kebalikan dari sifat ini adalah Karoha yang artinya terpaksa, maksudnya Allah dalam melakukan sesuatu dengan terpaksa, dan hal ini mustahil bagi Allah. 
Adapun perkara yang ditimbulkan oleh sifat Irodat terdapat pada enam, yang kemudian disebut dengan Amrun Mutaqobilat (perkara yang berlawanan) yakni : 
1. Wujud atau Adam 
Dengan sifat Irodatnya Allah menentukan salah satu dari wujud atau adam pada makhluk, jika ditentukan Adam maka secara otomatis yang lainnya tidak perlu, akan tetapi jika ditentukan wujud maka ketentuan Amrin Mutaqolibat yang lain juga berlaku. 
2. Sifat 
Dengan sifat Irodat Allah menentukan salah satu dari sifat-sifat yang berlawanan,misal jika Allah menentukan seseorang kaya, jelek, dsan pintar, maka berarti Allah meninggalkan sifat miskin, tampan bodoh, dll. 
3. Muqodir (ukuran) 
Dengan sifat irodat Allah menentukan tinggi, pendek, besar, dan kecil, dll.jika di tentukan tinggi kecil berarti meninggalkan pendek, besar. 
4. Azminah (Zaman) 
Dengan sifat Irodat Allah menentukan kapan makhluk itu wujud.Ketika ditentukan seseorang wujud pada zamannya Fir’aun berarti meninggalkan zaman-zaman yang lain seperti zamannya Nabi Musa, Pak Soekarno, Pak Soeharto, dll. 
5. Amkinah (tempat). 
Dengan sifat Irodat Allah menentukan dimana makhluk itu wujud. Ketika Allah menentukan seseorang wujud di Indonesia tepatnya di Desa Kedung Cangkring Jabon Sidoarjo JATIM, maka Allah meninggalkan tempat-tempat yang lain, misal : Jakarta, Aceh, Makkah, dll. 
6. Jihat (Arah). 
Dengan sifat Irodat Allah menentukan diarah manakah makhluk itu wujud, misal : Barat, Timur, Selatan, Utara. Maka jika Allah menentukan di sebelah Barat berarti Allah meninggalkan arah Timur, Selatan, Utara. 
Perlu di ketahui jika Allah menentukan sesuatu berarti Allah meninggalkan perkara lain yang berlawanan. 
Ta’alluq sifat Irodat sama dengan sifat Qudrot, yakni berta’alluq pada mumkinat. Jika pada Qudrot adalah ta’alluq Ijad dan I’dam (menjadikan dan meniadakan) maka dalam Irodat adalah ta’alluq Tahsis (menentukan salah satu). Dalam Tijan tidak dijelaskan apa Ta’alluq Irodat akan tetapi dalam kitab lain dijelaskan bahwa Irodat mempunyai dua Ta’alluq yakni : 
1. Suluhi Qodim. 
Artinya kepatutan Allah untuk berkehendak pada zaman Azali, akan tetapi Allah tidak berkehendak untuk itu (mentakhsis makhluk). 
2. Tanjizi Qodim. 
Artinya Allah berkehendak sejak zaman Azali, maksudnya ketika Allah sudah berkehendak di zaman Azali maka saat itulah Suluhi Qodim berakhir. Jadi semua yang terjadi di Dunia dan di Akhirat sudah ditentukan oleh Allah sejak dahulu. 
Dalil Aqli : 
Jika Allah tidak mempunyai sifat Qudrot dalam melakukan semua pekerjaan maka yang di lakukan adalah bentuk keterpaksaan, dan setiap orang yang terpaksa menunjukkan bahwa orang tersebut adalah lemah (Ajzun) atau tidak mampu. Jika Allah lemah (Ajzun) maka tidak wujud alam semesta ini, karena tidak mungkin dzat yang lemah mewujudkan sesuatu. 
Dalil Naqli : 




MASALATUN 


Apakah Irodatnya Allah itu adalah Amarnya (perintahnya) atau sesuai dengan perintahnya? Ada dua pendapat yang saling berlawanan dalam menjawab pertanyaan ini. 
Pertama : 
Irodat Allah sesuai dengan perintahnya, jawaban ini di peroleh dari golongan Mu’tazilah, dan bahkan dari golongan Mu’tazila ini ada yang menyatakan bahwa perintah itulah Irodatnya Allah (Iroda Ainu al-Amri). Pendapat ini di pandang keliru oleh Ahlussunnah sebagai pembanding pendapatnya,karena berlawanan dengan keadaan yang berlaku atau tidak sesuai dengan kenyataan. 
Mereka berargumen jika semua perintah itu adalah keinginan atau Irodatnya Allah, dan semua yang terjadi itu pasti sesuai dengan Ilmu dan Irodatnya Allah, sedangkan kenyataan yang terjadi tidak semua makhluk menjalankan perintahnya. Bukti dari argumen itu adalah jikalau Allah memerintahkan untuk sholat itu berarti Allah menginginkan manusia untuk sholat, sedangkan kenyataannya tidak semua manusia melakukan sholat bahkan juga orang islampun juga ada yang jarang melakukan sholat bahkan juga ada yang tidak sama sekali. 
Mungkin pendapat Mu’tazilah ini di dasarkan dengan apa yang ada pada makhluk jika manusia memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu, maka hal itulah yang dikehendaki oleh manusia. 
Sebagai pembanding atas golongan Mu’tazila, Ahlussunnah berpendapat bahwa Amar atau perintah bukanlah Irodat Allah atau Irodatnya Allah tidak melazimi perintah. 
Apakah Allah juga menghendaki keburukan?, Maka jawabnya adalah bahwa apa yang terjadi didunia adalah atas kehendak Allah, baik hal itu adalah baik menurut pandangan manusia atau keburukan. Akan tetapi sebagai bentuk adab atau bertatakrama dengan Allah tidaklah sayogyanya mengatakan bahwa Allah menghendaki keburukan atau kejelekan kecuali ketika berada pada Maqom Ta’lim (Masa Pembelajaran). 



ILMU (MAHA MENGETAHUI) 


Sifat yang ke-sembilan yang wajib bagi Allah adalah sifat Ilmu yakni sifat yang wujud yang Qodim yang Qoimatun Bidzatihi yang dengan sifat tersebut Allah mengetahui segala sesuatu mulai Wajibat, Mustahilat, dan Jaizat. Allah mengetahui segalah sesuatu mulai atom terkecil yang berada di bumi yang paling bawah sampai Gunung, Laut, dan sesuatu yang berada di langit paling atas misal Arys dll. Jadi Allah mengetahui sesuatu yang kecil misal Atom, Pasir, Semut beserta jumlahnya di dunia. Allah juga mengetahui sesuatu yang paling besar misal Gunung, Bintang, Planet beserta jumlahnya di alam semesta ini. Ilmunya Allah juga tanpa didahului oleh tidak tahu, Allah mengetahui segala sesuatu tanpa harus belajar atau berusaha misal penelitian, percobaan, dll. Berbeda dengan ilmunya makhluk yang membutuhkan itu semua, manusi untuk pandai perlu adanya belajar, mondok, sekolah,dll. Kebalikan dari sifat ini adalah sifat Jahlun artinya Allah bodoh, tidaklah mungkin seorang tuhan bodoh. Karena melihat kenyataan orang bodoh tidak ada gunanya, bagaiman jika kebodoan itu masuk pada dzat seorang tuhan?. 
Sifat Ilmu hanya memiliki satu ta’alluq yakni Tanjizi Qodim artinya Allah mengetahui segala-galanya sejak zaman azali. Ini merarti Allah mengetahui dzat dan sifat-sifatNya yang wajib wujudnya sejak zaman azali. Dan Allah juga mengetahui bahwa Syarik atau sekutu bagi Allah tidak akan wujud. Dan Allah mengetahui makhluk sesudah dan sebelum wujudnya sejak zaman azali. Berta’alluqnya sifat Ilmu pada segala sesuatu itu secara Inkisyaf , yakni Allah mengetahui segala sesuatu dengan sempurna. 
Dalil Aqli : 
Jika Allah tidak mempunyai sifat Ilmu maka Alllah adalah Jahlun (bodoh) maka Allah bersifat Karoha (terpaksa) karena melakukan sesuatu dengan tanpa di dasari oleh Ilmu, jika Allah Karoha maka Allah adalah Ajzun dan jika Allah itu Ajzun maka tidaklah wujud alam semesta ini. Akan tetapi tidak adanya alam itu mustahil karena kenyataannya alam itu suda wujud. 
Dalil Naqli : 



MASALATUN 


Dalam penalaran akal ilmu lebih dahulu dari pada Irodat dan Irodat lebih dahulu dari pada Qudrot, akan tetapi dalam haknya Allah hal itu (berurutan) tidaklah ada karena tertib seperti itu adalah sifat Hawadits. Sedangkan dalam Hawadits pasti berlaku misal orang yang mempunyai ilmunya (cara) membuat pentol kemudian berkehendak (Irodat) dan mampu melakukannya (Qudrot) maka jadilah pentol. Akan tetapi jika salah satu dari unsur diatas tidak terpenuhi maka tidaklah akan jadi yang namanya pentol. Misal seseorang yang tidak mempunyai ilmunya membuat pentol kemudian berkeinginan dan mampu untuk melaksanakannya maka yang terjadi adalah perkara yang di hasilkan bukan pentol karena tidak tahu ilmunya membuat pentol, mungkin pentolnya kotak-kotak atau mungkin jadi bubur. Atau seseorang yang mempunyai ilmu dan mampu untuk melakukannya akn tetapi tidak berkehendak untuk melaksanakannya maka tidak akan terjadi apa yang di namakan pentol. Atau seseorang yang mempunyai ilmu juga berkehendak akan tetapi tidak mampu untuk melakukan, mungkin tidak punya tangan, atau ada tapi cacat, maka yang terjadi adalah tidak wujudnya pentol. Perlu diingat kembali dalam haknya Allah tidak ada tartib untuk menjadikan sesuatu karena tartib adalah sifat Hawadits seperti yang telah kami jelaskan di atas. 


HAYAT(MAHA HIDUP) 


Sifat yang ke-sepuluh yang wajib bagi Allah adalh sifat Hayat. Artinya sifat yang wujud yang Qodim dan Qoim Bidzatihi yang membenarkan Allah untuk bersifat Ma’ani (karena tidak mungkin benda tidak hidup atau mati mempunyai sifat kuasa, berkehendak, mendengar, melihat, dll) kecuali sifat Hayat itu sendiri. Hal itu jika sifat Hayatnya Allah juga membenarkan HayatNya, maka sifat Hayatnya Allah berbilang dan hal itu mustahil. Hayatnya Allah tidak membutuhkan ruh karena bisa menyebabkan kematian ketika ruh telah berpisah dengan dzat. Berbeda dengan hayatnya makhluk yang membutuhkan ruh sehingga mereka bisa mati bersamaan dengan berpisahnya ruh dari tubuh. Kebalikan dari sifat ini adalah Maut yang artinya mati, tidaklah mungkin jika Allah itu mati, karena jika mati (tidak ada tuhan) siapakah yang mengatur alam yang sedemikian rapi dan teraturnya?. 
Sifat Hayat tidak berta’alluq pada apapun karena tidak membutuhkan sasaran fungsi sifat, kecuali membenarkan dzat untuk sifat Ma’ani. 
Dalil Aqli : 
Jika Allah itu hayat berarti mati, jika Allah mati, maka Allah tidak Qudrot, Irodat, Hayat, dll. Maka buat apa kita membahas sifat-sifat tersebut pada bahasan yang telah lalu?. Atau jika Allah mati dan akhirnya tidak bersifat Ma’ani maka tidaklah wujud yang namanya alam. 
Dalil Naqli : 



MASALATUN 


Bagaimana jika Allah menjadikan semua makhluk yang ada beserta tatanan yang ada baru kemudian mati?. Maka jawabnya adalah setiap segala sesuatu yang bisa sirna atau fana’ berarti hadits yang tidak mungkin menjadikan sesuatu yang akhirnya disebut muhdits. Karena tidak mungkin suatu perkara berstatus ganda yakni muhdits dan hadits. Maka jika Allah menjadikan kemudian meninggal adalah hukumnya menjadikannya adalah mustahil karena di anggap hadits. 


SAMA’ DAN BASHOR 
(MAHA MENDENGAR DAN MAHA MELIHAT) 



Sifat wajib bagi Allah yang Ke-sebelas dan Ke-duabelas adalah sifat Sama’ dan Bashor. Artinya sifat yang wujud yang Qodim yang Qoimatun Bidzatihi yang dengan sifat tersebut Allah mengetahui segala sesuatu yang wujud, baik dzat (benda) atau suara. Sifat Sama’nya Allah tanpa telinga dan organ-organnya, tidak seperti yang terjadi pada makhluk manusia misalkan mendengarkan dengan daun telinga dan organnya ketika organ-organ itu rusak maka sifat Sama’nya sudah lepas. Begitu pula sifat Bashornya Allah melihat tanpa menggunakan bola mata, kelopak mata dan organ-organ yang lain yang ada pada makhluk, karena jika menggunakan organ berarti Allah membutuhkan perantara dalam satu sisi dan bisa sifat itu bisa lepas dalam sisi yang lain seperti halnya makhluk, sedangkan hal itu mustahil bagi Allah. Kebalikan dari sifat ini adalah Somamun (tuli) dan A’ma (buta) dan dua hal ini mustahil bagi Allah karena mengurangi kesempurnaan. 
Sifat Sama’ dan Bashor berta’alluq pada segala yang wujud sebagai obyek dengan nama ta’alluq Inkisyaf, artinya Allah mengetahui segala yang wujud dengan sempurna. Sedangkan ta’alluq sifat Sama’ dan Bashor melihat sasarannya yang berdasarkan keberlakuan sifat terhadap sasaran atau obyek ada tiga yakni : 
1. Tanjizi Qodim yakni berta’alluqnya sifat Sama’dan bashor pada dzatnya Allah yang Qodim, jadi Allah mendengar dan melihat dzat dan sifat-sifatnya sejak zaman azali. 
2. Suluhi Qodim yakni berta’alluqnya sifat Sama’dan bashornya Allah Dzawatuna (makhluk) sebelum wujudnya. 
3. Tanjizi Hadits yakni berta’alluqnya sifat Sama’ dan Bashor pada makhluk setelah wujudnya. Jadi Allah sekarang melihat dan mendengar semua yang ada dimanapun dan sekecil apa pun, karena sifat Sama’ dan Bashornya Allah tidak terbatas. 
Dalil Aqli : 
Jika Allah tidak mempunyai sifat Sama’ dan Bashor maka Allah adalah buta (A’ma) dan tuli (Somam), akan tetapi sifat ini adalah sifat yang kurang (Naqs) atau tidak sempurna sedangkan Allah adalah maha sempurna, maka tidak mungkin (Mustakhil) Allah bersaifat buta dan tuli. 
Dalil Naqli : 



MASALATUN 
Apakah Allah mengetahui keinginan yang berada dalam hatinya seorang hamba (manusia) dengan sifat IlmuNya?, atau dengan Sama’Nya?, atau dengan BashorNya?. Allah mengetahuinya dengan sifat Ilmu, Sama’, dan Bashornya secara sempurna. 
Ta’alluq sifat Ilmu, Sama’, dan Bashor adalah sama yakni Inkisyaf. Masalahnya apakah semuanya sama persis?, maka jawabnya jika semua sama persis buat apa mempelajari ke-tiganya? Atau dengan mempelajari semuanya berarti Tahsilu al-Hasil karena sama!. Yang perlu di tekan adalah bahwasanya ke-tiga inkisyaf yang ada itu berbeda. Adapun tatacaranya atau hakikatnya kita tidak tahu, hanya Allah yang tahu. Dalam diri manusiapun hal itu juga berbeda, misal pengetahuan seseorang tentang Ka’bah di Makkah yang dihasilkan dari belajar dan membaca berbeda dengan yang dihasilkan dari mendengar orang yang datang dari naik Haji, berbeda pula dengan orang yang melihat langsung Ka’bah di Masjidil Haram. Semua pengetahuan yang dihasilkan oleh orang-orang tersebut pasti berbeda. 



KALAM (MAHA BERBICARA) 


Sifat ke-tigabelas yang wajib bagi Allah adalah sifat kalam. Yakni sifat yang Qodim yang Qoim Bidzatihi yang menunjukkan pada segala perkara (Wajibat, Mustahilat, Jaizat). Kalamnya Allah tidak berupa huruf, suara, permulaan berkata, akhiran berkata, I’rob, bina’, dan diam dalam dalam hati yang hanya di ketahui hanya Allah.dalam berkalam Allah juga tidak menggunakan lisan, atau pun dua bibir, pita suara, dan semua yang menyamai makhluk. Kebalikan dari sifat ini adalah Bukmun atau Akhrosun 
Yang artinya bisu?, manusia bisu saja repot dalam mengutarakan keinginan, bagaiman jika Allah sebagai tuhan itu bisu?, bagaimana menurunkan wahyu?, dll. 
Sifat Kalamnya Allah yang Qodim itu satu akan tetapi jika mempertimbangkan isi yang ditunjukkan oleh sifat Kalam, sifat Kalamnya Allah dibagi menjadi 4 yakni : 
1. Kalam Amar. 
Yakni isi sifat Kalam yang menunjukkan untuk melakukan sesuatu, misal perintah sholat, zakat, dll. 
2. Kalam Nahi. 
Yakni isi sifat Kalam yang menunjukkan untuk menunggalkan suatu pekerjaan, misal perintah untuk meninggalkan perbuatan zina. 
3. Kalam Wa’d. 
Yakni isi sifat Kalam yang menunjukkan pada janji yang di berikan Allah ketika telah melakukan suatu pekerjaan, janji Allah memberikan Surga bagi mereka yang taat. 
4. Kalam Wai’id. 
Yakni isi sifat Kalam yang menunjukkan pada ancaman Allah ketika ada pelanggaran, misal ancaman Allah bagi orang yang melakukan maksiat. 
Sedangkan dalam kitab-kitab lain disebutkan bahwa Kalamnya Allah terbagi lima, dengan menambah satu bagian lagi yakni : 
5. Klam Khabar 
Yakni kalam Allah yang cerita-cerita, misal cerita Nabi Yusuf, Nabi Musa,dll. 
Adapun Ta’alluq sifat Kalam jika dinisbat (dihubungkan) pada selain Amar (perintah) dan Nahi (larangan) ada satu yakni : 
1. Tanjizi Qodim. Artinya keberlakuan kalam (madlul atau arti yang di tunjukkan oleh kalam) sejak dahulu. 
Sedangkan jika dinisbatkan kepada keduanya (Amar dan Nahi) terdapat tiga ta’alluq yakni : 
2. Tanjizi Hadits. 
Jika tanpa mensyaratkan adanya ( wujudnya) ma’mur (sesuatu yang di perintah) dan manhi (sesuatu yang dilarang). Adapun artinya sama dengan Tanjizi Qodim di atas. 
3. Suluhi Qodim. 
Jika bersyarat dan Masyrut (sesuatu yang di syaratkan) yakni Ma’mur dan Manhi belum wujud. Artinya kepatutan Allah untuk memberlakukan Madlul Kalamnya Allah yang bersyarat pada zaman dahulu (azali), akan tetapi Allah tidak berkehendak untuk itu (memberlakukan). 
4. Suluhi Hadits. 
Jika masyru yang berupa Ma’mur dan Manhi telah wujud. Artinya keberlakuan Madlul Kalam pada saat wujudnya. 
Sasaran atau obyek dari sifat Kalam umum yakni wajibat, mustahilat, dan jaizat, seperti halnya sifat ilmu, akn tetapi dalam sifat Ilmu adalah ta’alluq Inkisyaf sedangkan ta’alluq pada sifat Klam adalah ta’alluq Dilalah (menunjukkan). Artinya Kalm Allah menunjukkan pada wajibat misal dzat dan sifatnya Allah, mustahilat misal Syarik, jaiz misal diutusnya para rosul. Contoh: ayat laukana fihima……….menunjukkan bahwa tidak mungkin syarik itu wujud karena menimbulkan kemustahilan, berarti ayat ini menunjukkan mustahilat. 
Skema Ta’alluq :…………. 
Perlu diketahui bahwa kalam menunjukkan dua arti yakni : 
1. Kalam yang Qodim yang Qoim Bidzatihi yang tanpa suara, huruf, dll, yang sudah di jelaskan pada pembahasan sifat kalam di atas. 
2. Kalam yang terdiri dari lafad (kata-kata) yang biasa di baca oleh orang yakni Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah Kalam Allah. Barang siapa mengingkari bahwa Al-qur’an adalah Kalam Allah maka telah nyata bahwa ia telah kufur. 
Dalil Aqli : 
Apabila Allah tidak mempunyai sifat kalam, pasti akan mempunyai sifat yang berlawanan dengannya yakni sifat bisu (bukmun atau akhros). Akan tetapi sifat ini (bisu) adalah sifat kurang (naqs) yang tidak patut (tidak mungkin atau mustahil) bagi dzatnya Allah, karena dzatnya Allah adalah maha sempurna. 
Dalil Naqli : 
MASALATUN 
Apakah Al-Qur’an adalah hadits karena ada awalan dan akhiran, hhuruf, bina’, suara ketika di baca,dll ?. maka jawabnya adalah bahwa Al-Qur’an adalah hadits akan tetapi ma’na yang di tunjukkan dalam Al-Qur’an adalah sesuai dengan kalam Qodimnya Allah. Adapun hakikatnya madlul (yang di tunjukkan) apa yang kita baca yaitu Al-Qur’an itu sebagian dari madlul kalam qodimnya Allah. Akan tetapi di perbolehkannya mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah hadits hanya dalam forum pembelajaran (maqon ta’lim). Hal ini juga mengandung kekawatiran yang besar, karena jika mengatakan Al-Qur’an adalah hadits menyebabkan prasangka bahwa kalam qodimnya Allah (yang tanpa huruf, tanpa kalimat, dss) juga dianggap hadits. Oleh sebab itu sebagian ulama’ menjawab bahwa Al-Qur’an adalah qodim walaupun sudah tahu bahwa Al-Qur’an adalah hadits di sebabkan ada kekhawatiran tersebut, misal imam Ahmad. 
Apakah perbedaan antara Bukmun atau Akhros? 
Bukmun adalah tidak adanya kata-kata hati baik disebabkan adanya bencana (penyakit) atau tidak, termasuk di dalam definisi ini adalah diam. 
Sedangkan Akhros adalah sebab yang mencegah kata-kata hati, misal jika Allah mematikan pikirannya maka orang tersebut tidak akan bisa berkata dalam hatinya. 
TANBIH : 
- Dalil Aqli sifat Qudrot, Irodat, Ilmu adalah adanya kalam, karena tanpa ketiga sifta tersebut atau salah satunya maka alam tidak akan wujud. 
- Dalil sifat sama’, Bashor, Kalam adalah masalah kesempurnaan karena suatu dzat tidaklah sempurna tanpa sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu tanpa sifat ke tiga tersebut Allah belum sempurna, sedangkan sebagai tuhan semesta alam Allah harus sempurna dalam semua bidang. 
- Sssedangkan hayat sebagai pokok atau inti dari sifat ma’ani, yakni dengan adanya sifat hayat Allah mempunyai sifat ma’ani lainnya, dan tanpa adanya sifat hayat secara otomatis sifat ma’ani lainnya tidak ada. Apabila semua sifat ma’ani tidak ada maka tidak wujud alam semesta. 
KAUNUHU QODIRON 
(ALLAH MAHA KUASA) 
Sifat ke-empat belas yang wajib bagi Allah adalah sifat Kaunuhu Qodiron. Artinya adanya Allah adalah maha kuasa. Adapun maksud dari Kaunuhu Qodiron adalah merupakan ungkapan menetapnya sifat Qudrot pada Dzat, begitu pula dengan sifat Ma’nawiyah lainnya. Jadi arti dari maksud dari sifat Ma’nawiyah adalah ungkapan menetapnya sifat Ma’ani pada Dzat. Tidak lebih dari itu (menetapnya sifat). 
Adapun kebalikan dari sifat ini adalah Kaunuhu Ajizan yang artinya bahwa Allah adalah dzat yang lemah, dan sifat ini mustahil bagi Allah. 
Mengenai dalil yang menyatakan bahwa Allah adalah dzat yang maha kuasa (Kaunuhu Qodiron), adalah dalil sifat Qudrot. 
KAUNUHU MURIDAN 
(ALLAH MAHA BERKEHENDAK) 
Sifat ke-lima belas yang wajib bagi Allah adalah Kaunuhu Muridan, artinya Allah adalah maha berkehendak. Dengan maksud menetapnya sifat Irodat pada dzatnya Allah tidak lebih dari itu. Kebalikan dari sifat ini adalah Allah itu terpaksa, yakni terpaksa dalam melakukan segala pekerjaan, atau dengan kata lain Allah tidak mempunyai kehendak. Adapun dalil sifat Kaunuhu Muridan adalah dalil dari pada sifat Qodiron. 
KAUNUHU ALIMAN 
(ALLAH MAHA MENGETAHUI) 
Sifat ke-enam belas yang wajib bagi Allah adalah Kaunuhu Aliman yang artinya bahwa Allah adalah maha mengetahui. Dengan maksud menetapnya sifat Ilmu pada dzat, kebalikan dari sifat ini adalah Kaunuhu Jahilan yang artinya Allah adalah bodoh, dan sifat ini mustahil sesuai dengan dalil yang telah diterangkan dalam pembahasan sifat Ilmu. 
KAUNUHU HAYYAN 
(ALLAH MAHA HIDUP) 
Sifat ke-tuju belas yang wajib bagi Allah (secaraa aqli) Kaunuhu Hayyan yang artinya Allah maha hidup. Denagn maksud menetapnya sifat Hayyat pada dzat. Kebalikan dari sifat ini adalah Kaunuhu Mayyitan yang artinya Allah itu mati. Adapun dalil yang menunjukkan sifat ini adalah dalil-dalil yng telah di jelaskan dalam pembahasan sifat Hayyat. 
KAUNUHU SAMI’AN 
(ALLAH MAHA MENDENGAR) 
Sifat yang ke-delapan belas yang wajib bagi Allah adalah Kaunuhu Sami’an yang artinya adalah Allah maha mendengar. Dengan maksud menetapnya sifat Sama’ pada Dzatnya Allah, tidak lebih dari itu. Adapun kebalikan dari sifat ini adalah Kaunuhu Ashomma yang berarti Allah adalah Dzat yang tuli, dan sifat ini hukumnya mustahil sesuai dengan dalil-dalil yang telah di uraikan dalam pembahasan sifat Sama’. 
KAUNUHU BASHIRON 
(ALLAH MAHA MELIHAT) 
Sifat ke-sembilan belas yang wajib bagi Allah adalah sifat Kaunuhu Bashoron artinya Allah maha melihat. Dengan maksud menetapnya sifat Bashor pada Dzat, tidak lebih dari itu. Adapun kebalikan dari sifat ini adalah Kaunuhu A’ma yang artinya adalah Allah maha buta, dan sifat ini hukumnya mustahil sesuai dalil yang telah dijelaskan dalam sifat Basor. 
KAUNUHU MUTAKALLIMAN 
(ALLAH MAHA BERBICARA) 
Sifat yang ke-dua puluh yang wajib bagi Allah adalah sifat Kaunuhu Mutakalliman yang artinya Allah maha berbicara. Dengan maksud menetapnya sifat kalm pada Dzat tidak lebih dari itu. Adapun kebalikan dari sifat ini adalah Kaunuhu Abkaman (abkan) yang artinya Allah itu bisu, adanya Allah itu bisu itu mustahil, sesuai dengan dalil-dalil yang telah diterangkan dalam sifat Kalam.

Sumber : https://www.facebook.com/notes/abdul-qodir-jaelani/copas-dari-blog-orang/221844426816